JAKARTA, KOMPAS.TV - Tan Joe Hok menuturkan pengalamannya sebagai juara dunia bulu tangkis 1958-1964 di Program ROSI.
Menurutnya, di masa-masa sulit itu rasa nasionalisme melebihi hadiah yang diterima. Kebahagiaan para atlet memuncak ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang.
"Saya lahir di sini. Nanti saya pulang juga dari sini," katanya.
Karena kecintaannya dengan bulu tangkis, Tan menjadi salah satu pendiri Komunitas Bulu Tangis Indonesia (KBI). Ada berbagai suku dan agama yang tergabung dalam KBI. Persatuan Indonesia menjadi yang utama baginya.
"Kalau digambarkan seperti piramida, saya maunya piramida terbalik. Jadi yang di sini itu jahatnya sedikit, majoritynya itu jadi satu. Itu saja," ungkapnya.
Di sisi lain, Tan juga menganggap jika semua profesi akan lebih baik bisa diisi oleh berbagai etnis.
Di tahun 2025 ini, usianya menginjak angka 88 tahun. Meski demikian, ingatannya masih tajam, fisiknya masih kuat dan sehat. Apa rahasianya?
Kepada Rosianna Silalahi, Tan mengaku dirinya senang belajar dan mendengarkan berbagai informasi terkini. Ia juga senang terlibat dalam diskusi berbobot. Baginya, yang penting kemudian bisa memberikan sesuatu bagi negara. Hal ini seperti pepatah: "Birds of the same feathers flock together."
Menurut Tan, ada pergeseran makna Imlek yang diyakini masyarakat saat ini. Tahun baru bukan hanya sekadar soal uang atau materi berlimpah, karena pada akhirnya nanti itu semua akan ditinggalkan. Tumbuh subur tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga bagi orang lain. Sebab, kebaikan yang ditanam akan kita tuai juga hasilnya.
Dalam wawancara ini, Rosianna Silalahi juga mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada Tan Joe Hok dan pemirsa yang merayakannya. Xin Nian Kuai Le
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
https://youtu.be/vwzY6hpPmzM?si=h_PP3_de7C8ZoOeX
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/570853/cinta-indonesia-tan-joe-hok-saya-lahir-dan-pulang-di-sini-rosi
